Jumat, 23 Desember 2011

Kerjakan Skripsi


         Sebuah kata yang sering membuat mahasiswa semester akhir gemetar, grogi, takut, bahkan trauma, padahal kegiatan ini pada saat ini telah disederhanakan dan lebih mudah disbanding masa lalu. Trauma-trauma berawal dari stigma tanpa data lebih menjadi kendala yang tercipta secara tak sengaja, bahkan hanya dibangun dari cerita dan derita kakak kelas dan perasaan khawatir ketidak beranian yang sering juga terjadu karena prejude tak berdasar!
Skripsi adalah puncak mahasiswa berkarya menunjukkan kualitas yang selama ini ia pelajari selama 3-4 tahun, atau lebih!! Sayangnya sering mereka justru mendustai diri sendiri atau bercerita tentang kesulitan bukan dinamikanya, sehingga membuat sang adik kelas mendapatkan pengalaman atau paling tidak cerita buruk disbanding suka cita ketika menemukan berbagai kegembiraan seorang ilmuwan yang ia lakoni untuk beberapa waktu meskipun masih stereotip bentukan .
Skripsi sering dimaknai secara sederhana sebuah skrip atau naskah yang dimainkan selama babak sandiwara dimainkan dari awal hingga purna. Proposal sebagai pembuka dan ujian pendadaran atau ujian skripsi yang sering dikatakan sang ketua sebagai bimbingan akhir, tak termaknai secara memadai hingga kebiasaan berpikir negative berbuah cerita turun temurun hingga mambangun
sebuah trauma yang sebenarnya tidak ada!
Skripsi adalah sebuah karya mahasiswa, meskipun sering para pembimbing mengintervensi hingga ke ide, hingga seluruh ide mahasiswa terkikis yang ada adalah ide pembimbing, akibatnya mahasiswa menjadi robot yang menjalankan ide sang pembimbing. Tetapi ini telah terkikis dan yang tersisa hanyalah para pembimbing konvensional yang ingin melestarikan wibawa, tetapi biasanya malah tidak berwibawa karena yang ia berikan yang hanya ia bisa dan tak mau belajar menyertai mahasiswa.
Skripsi itu pencarian atau paling tidak pembuktian atau malah sedang ingin merubah situasi yang telah ada dari gagasan mahasiswa yang masih langka. Pembimbing adalah mereka yang dipandang lebih dewasa dalam perilaku dan tata karma pengkajian yang sering menjadi metodologi itulah nama yang dibakukan, namun sering ada yang hanya numpang nama dengan berdalih memudahkan tetapi justru membuat mahasiswa setelah selesai pun tak memiliki makna!
Bagaimana mengikuti pemikiran mahasiswa dengan sedikit pengarahan agar mahasiswa mengerti jalannya, bukan membuat jalan baru baginya. Biarlah mahasiswa menjadi dewasa bertanggungjawab atas yang mereka bisa dan dipertanggungjawabkan dalam meja yang sepertinya menghadapkan sang hakim, jaksa, dan terdakwa! Semoga ini segera sirna menjadi sebuah kelompok berdampingan membuat pemecahan dunia bukan peniru semata atau sekedar tipu-tipu untuk cepat wisuda!
Kadang mereka memang belum berani membuat berbeda, karena memang mereka tidak dibiasakan berbeda! Dia piker yang sama itulah yang utama, mereka beranggapan yang berbeda itu berdosa karena tidak bisa menyamakan dengan pesan sponsor sang pembimbing yang malah banyak yang belum terbiasa membuat karya yang berbeda, bahkan menulis pun belum terbiasa dan menyandarkan kuasa yang ia punya karena diberi dengan alakadarnya karena ia anggota suatu dewan yang disebut dosen semata!
Mahasiswa pun banyak yang merasa sok bisa hingga melambungkan keyakinannya, bahwa ia lebih pintar pembimbing yang memiliki sedikit kuasa, akhirnya berbentur norma dan jadilah korban bergelimpangan antara yang merasa bisa dan sang dosen yang tak mau terlanggar kuasanya!
Seharusnya mereka duduk bersama, berdiskusi dan memecahkan masalah bersama, tetapi tak jarang mahasiswa tidak berbicara ketika berjumpa, justru berkicau dibalik kaca jendela untuk sekedar mencerca karena sang dosen tidak menuruti yang mahasiswa minta! Sebaliknya, sang dosen juga sering memaksakan karsanya tanpa mau memandang bahwa mahasiswa telah mampu berjalan dengan titik kemampuannya, bukan karena tuntunannya!
Membaca itu menjadi kunci, tetapi tidak semata, karena menuangkan hasil bacaan menjadi idea tau karya simpulan argument semata pun tidak ia bisa! Ia hanya mengambil tanpa telaah dan ia cukup bangga hanya mengutip semata, tanpa analisis dan tanpa membandingkan, tanpa menelusuri juga tanpa mencari makna yang ada di dalamnya!
Berargumentasi dalam untaian kata-kata menjadi kalimat bermakna, bukan hal sulit. Latihan sepanjang waktu memang harus dilakukan, bukan menuai padi tanpa menanamnya atau hanya ingin skripsi beli tanpa ujian semata, yang penting wisuda menghadirkan ayah bunda, meski hatinya tersenyum kecut karena sarjananya tiada makna!
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian…. ……in malas mahasiswa lakukan, ini tidak praktis katanya…. Akibatnya………………bersakit-sakit dahulu dan akhirnya mati kemudian…….barulah mereka menyesal karena kebanggaan yang mereka pamerkan dengan memakai toga kebesaran hanyalah symbol kebohongan belaka……
Jangan terjadikan ini kawan! Karena kalian sebenarnya bisa …meskipun pembimbingmu kadang tak bisa, tetapi sampaikan sambil belajar berkomunikasi bagaimana menyampaikan ide dan sesuai cara pembimbing Anda, maka berbagai keterampilan anda akan punya………..dan anda menjadi dewasa dalam arti yang sebenarnya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites